Selasa, 12 Juni 2012






Assalaamu'alaikum War. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua,
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan yang selanjutnya disebut Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(Bab I, Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2006 tetang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan)
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/10/2009  Bab III Pasal 5 disebutkan : 4. Membangun sistem cafetaria informasi agribisnis dan inovasi dalam penyuluhan pertanian yang didukung/berbasis teknologi informasi / cyber extension.
 Dengan segala keterbatasan yang ada, semoga sarana informasi ini mampu memberi dampak positif bagi kepenyuluhan pertanian.
Hidup Penyuluh Pertanian, Hidup Petani, Jayalah Pertanian Indonesia !
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.
Pelaksana Program

DAFTAR BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
KABUPATEN KEDIRI
 
01
14
02
15
03
16
BPP Kec. Pagu
04
17
05
18
06
19
07
20
BPP Kec. Ngancar
08
21
BPP Kec. Ngasem
09
22
BPP Kec. Kandangan
10
23
BPP Kec. Banyakan
11
24
BPP Kec. Badas
12
25
BPP Kec. Papar
13
26
BPP Kec. Kepung

Selasa, 22 Mei 2012

PENYAKIT PADI KARENA BAKTERI

PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (BLB)

Status 
Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit ini di Indonesia tersebar hampir diseluruh daerah pertanaman padi baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dan selalu timbul baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Pada musim hujan biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.
Biologi dan Ekologi Penyakit hawar daun bakteri disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Bakteri ini berbentuk batang dengan koloni berwarna kuning.Patogen ini mempunyai virulensi yang bervariasi tergantung kemampuannya untuk menyerang varuetas padi yang mempunyai gen resistensi berbeda. Di Indonesia hingga saat ini telah ditemukan sekitar 12 kelompok isolat (strain) berdasarkan virulensinya terhadap varietas diferensial. Isolat kelompok VIII tersebar paling luas dan mendominasi di lapangan, sedangkan kelompok IV tidak begitu luas, tetapi mempunyai virulensi tertinggi dan umumnya semua varietas padi peka terhadap kelompok isolat ini. Perkembangan penyakit sangat tergantung pada cuaca dan ketahanan tanaman. Bakteri Xoo menginfeksi tanaman melalui hidatoda atau luka. Setelah masuk dalam jaringan tanaman bakteri memperbanyak diri dalam epithemi yang menghubungkan dengan pembuluh pengangkutan, kemudian tersebar kejaringan lainnya dan menimbulkan gejala. Penyakit dapat terjadi pada semua stadia tanaman. Namun yang paling umum ialah terjadi pada saat tanaman mulai mencapai anakan maksimum sampai fase berbunga. Pada stadia bibit, gejala penyakit disebut kresek, sedang pada stadia tanaman yang lebih lanjut, gejala disebut hawar (blight). Gejala diawali dengan bercak kelabu (water soaked) umumnya di bagian pinggir daun. Pada varietas yang rentan bercak berkembang terus, dan akhirnya membentuk hawar. Pada keadaan yang parah, pertanaman terlihat kering seperti terbakar. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan penyakit di lapang, kelembaban tinggi, hujan angin, dan pemupukan N yang berlebihan dapat meningkatkan keparahan penyakit. Pengendalian Pengendalian penyakit HDB dengan varietas tahan sangat efektif dan mudah diterapkan. Namun teknologi ini terhambat oleh pembentukan berbagai patotipe patogen Xoo, yang pada suatu saat mampu mematahkan sifat tahan yang ada. Untuk menghadapi penyakit yang disebabkan oleh patogen yang mampu membentuk strain, seperti HDB ini, taktik pergiliran varietas tahan perlu didesign secara cermat, agar varietas tahan dapat berfungsi secara baik. Taktik ini memerlukan dukungan berbagai data terutama yang berkaitan dengan profil patotipe yang ada di suatu ekosistem dan respon genotipe padi di berbagai ekosistem sebagai gambaran interaksi antara patotipe dan genotipe padi. Mengingat sifat patogen Xoo yang sangat mudah membentuk patotipe baru maka pengendalian penyakit seperti ini seyogyanya dilakukan dengan penggunaan varietas yang memiliki ketahanan lebih dari satu gen ketahanan (polygenic resisstant). Varietas Angke dan Conde tahan terhadap bakteri X. oryzae pv. oryzea strain III, IV, dan VIII. Pengendalian secara kimiawi untuk penyakit hawar daun bakteri kurang efektif disamping itu biayanya cukup mahal. 


PENYAKIT HAWAR DAUN JINGGA RED STRIPE 

Status 
Penyakit hawar daun jingga (HDJ) yang diduga disebabkan oleh bakteri (putih : Pseudomonas sp. dan kuning : Baccilus sp) merupakan penyakit yang relatif masih baru. Pertama ditemukan di daerah kabupaten Subang Jawa Barat pada MK 1987 disebut sebagai penyakit Bacterial Red Stripe (BRS. Sampai saat ini penyakit tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa dan Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Penyakit umumnya timbul pada saat tanaman mencapai stadia generatif, pada musim kemarau. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon.
Biologi dan Ekologi Gejala penyakit diawali dengan bercak kecil berwarna jingga, yang timbul di mana saja pada helaian daun. Pada stadia perkembangan penyakit lebih lanjut terbentuk gejala hawar mirip gejala yang ditimbulkan oleh hawar daun bakteri (BLB). Mekanisme penurunan hasil karena hawar daun jingga serupa yang disebabkan oleh hawar daun bakteri , yaitu meningkatkan gabah hampa dan gabah terisi tidak sempurna. Pengendalian Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor praktek produksi yang dilakukan seperti varietas, pemupukan, jarak tanam, dan pengairan. Untuk itu, pengendalian penyakit HDJ dianjurkan dengan cara mengatur penggunaan faktor-faktor tersebut. Varietas tahan HDJ sampai saat ini belum tersedia. Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa pada keadaan perkembangan penyakit yang cukup tinggi, terlihat adanya perbedaan reaksi genotipe terhadap penyakit HDJ yang terjadi secara alamiah. Dari 108 genotipe yang dievaluasi pada MK 2000 di Kebun Percobaan Inlitpa Sukamandil, satu varietas yaitu Lusi tergolong tahan, sementara tiga galur harapan yaitu S2814-2f-Kn-9-3-3, S4668-1g-1-2-2 dan S4668-1g-2-2 tergolong agak tahan, dan genotipe lainnya rentan. Perbedaan reaksi tersebut diduga bersifat genetis seperti yang terjadi pada galur S4668-1g-1-2-2 dan S4668-1g-2-2 yang masih kerabat. Fenomena ini memberikan harapan bahwa usaha untuk memperoleh varietas tahan penyakit HDJ dapat dilakukan. Pemupukan, jarak tanam, dan interaksi antara kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap perkembangan penyakit HDJ. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan penyakit HDJ selain dipengaruhi oleh pemupukan juga bergantung pada kerapatan tanaman. Pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat dapat menekan perkembangan penyakit HDJ.Penyakit berkembang dengan baik pada pertanaman padi yang digenang terus menerus sampai berumur 76 HST. Pengeringan berkala pada 45-60 HST dan pada 60-75 HST nyata dapat menurunkan intensitas penyakit HDJ.